Rabu, 08 Agustus 2018

PENYELENGGARAAN SHALAT IDUL ADHA DAN PENERIMAAN HEWAN QUR'BAN TAHUN 1439 H / 2018 M, MASJID DAARUL 'ILMI STIK-PTIK (masjid PTIK)



MASJID DAARUL 'ILMI STIK-PTIK (masjid PTIK) "BERBAGI" di bulan RAMADHAN 2018 M/ 1439 H


MEMBANGUN SEMANGAT PERSAUDARAAN Oleh: KH. Fatih Na'im, Lc., (materi khutbah jum'at masjid PTIK, tanggal 20-07-2018)


Bertaqwalah kepada Allah SWT : dengan menta’ati dan mengerjakan semua perintah serta meninggalkan larangannya. Juga taqwa yang dapat menumbuhkan amal-amal saleh yang nyata sebagai pembuktian kebenaran iman: sebab segala perbuatan dan amal manusia, baik maupun jahat merupakan pencerminan imannya terhadap Allah SWT.
Menumbuhkan kesadaran untuk memelihara persaudaraan serta menjauhkan diri dari perpecahan, merupakan realisasi pengakuan bahwa pada hakikatnya kedudukan manusia adalah sama dihadapan Allah. Sama kedudukannya sebagai hamba dan khalifah Allah. Sama-sama mengemban amanat Allah sesuai bidang tugas dan pekerjaan masing-masing.
Allah mengembalikan ke dasar keturunan manusia kepada dua orang nenek moyang, yaitu adam dan hawa, karena Allah hendak menjadikan tempat bertemu yang kokoh dari keakraban hubungan ukhuwah atau persaudaraan seluruh anak manusia. tidak ada pembeda di antara hamba Allah, tiadalah seseorang yang lebih mulai dari yang lain, kecuali ketaqwaan mereka kepada Allah.
يآاَيُّهَاالنَّاسُ اِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍوَأُنْثى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوْباً وَقَبَآئِلَ لِتَعَا رَفُوْااِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ اَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal.
Pengertian yang kita peroleh dari ayat tersebut diatas, ialah bahwa segala bangsa yang tersebar diseluruh dunia adalah dari keturunan yang sama, yakni adam dan hawa. Perbedaan warna kulit, bahasa dan tempat berpijak bukanlah halangan untuk saling kenal mengenal menuju persaudaraan.
Dengan menyadari pengertian ini, maka nyatalah bahwa pertikaian dan perpecahan hanyalah akan menjerumuskan kita kelembah kerusakan dan kehancuran, yang dengan kata lain dapat disebut menyia-nyiakan amanat Allah.
كَانَ النَّاسُ اُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللهُ النَّبِيِّيْنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ وَاَنْزَلَ مَعَهُمُ اْلكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيْمَا اْختَلَفُوْافِيْهِ.
Manusia adalah umat yang satu, maka Allah mengutus para Nabi sebagai pemberi kabar gembira dan member peringatan dan Allah menurunkan bersama mereka kitab dengan benar, untuk member keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.
Dari ayat diatas kita memperoleh pengertian bahwa manusia di dunia ini hakikatnya adalah satu : tempat berpijak yang berbeda menyebabkan tumbuhnya adat istiadat, perangai dengan cara berfikir yang berbeda sehingga tidak mustahil terjadi benturan-benturan, pertikaian dan perselisihan diantara mereka. Hal inilah merupakan salah satu sebab diangkatnya para utusan Allah.
Dengan demikian kitab Allah, para Nabi dan Rasul melaksanakan tugas, mengajak dan mengingatkan kembali manusia untuk kembali kepada kesatuan dan persatuan serta mencegah dari perpecahan.

Ajakan persatuan jelas terukir dalam firman Allah:
وَاَعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعاً وَلاَ تَفَرَّقُوْا
Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai-berai.
Diayat lain dijelaskan bahwa orang-orang yang senantiasa bersatu dalam agama Allah serta menjauhkan diri dari perpecahan adalah benar-benar orang yang mendapat petunjuk, sebagaimana firman Allah SWT:
وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِااللهِ فَقَدْ هُدِيَ اِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
Barangsiapa yang berpegang teguh kepada agama Allah, maka sesungguhnya ia telah member petunjuk pada jalan yang lurus.
Dua ayat di atas jelas memberikan arah yang lurus, agar manusia senantiasa bersatu dalam langkah dan kehendaknya untuk mewujudkan kemakmuran, berdasarkan keadilan, perdamaian dan saling hormat menghormati serta persatuan yang penuh ampunan dan keridhaan  Allah SWT.
Dari keterangan-keterangan di atas, semakin jelaslah manfa’at pembinaan ukhuwwah islamiyah : manfa’at persatuan untuk mewujudkan satu kesatuan dan persatuan yang dimulai dari tingkat keluarga, kampung yang akhirnya sampai ketingkat umat secara keseluruhan.
Alangkah nikmat dan indahnya ajaran islam yang menganjurkan kasih sayang : berbahagialah kaum muslimin yang senantiasa hidup diliputi suasana kasih sayang.
Marilah kita tengok sejenak keadaan kita sendiri ; sudahkah kita melaksanakan anjuran muliah itu ? sejauh manakah pengaruh iman dan taqwa kita terhadap perjalanan hidup sehari-hari?
Kita hendaknya menyadari bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara ; karena sementara itulah kita hendaknya mempersiapkan bekal bagi perjalanan hidup yang lebih panjang dan abadi, yakni kelak di kampung akhirat.
Sebab itulah kita hendak selalu berbuat, berlaku dan berperan sebagai hamba Allah yang baik ; berbuat baik dalam artian luas yang mencakup nilai-nilai rohaniyah dan lahiriyah.
Nilai rohaniyah, yakni iman dan aqidah serta segala bentuk perbuatan yang bersifat ubudiyah (penghambaan diri kepada Allah SWT).
Nilai lahiriyah, yaitu segala perbuatan yang berhubungan dengan sesama hamba Allah didalam kehidupan sehari-hari, dimulai dari lingkup terkecil yakni keluarga, sampai kepada masyarakat lingkungan bahkan Negara. Tegasnya kita harus baik dalam mu’asyarah ma, al khaliq mu’asyarah ma,al
Pengertiannya ialah, tidak benar seseorang yang baik ibadahnya tetapi perbuatannya merugikan masyarakat ; sebaliknya tidak benar seorang yang baik dimata masyarakat tetapi ibadahnya sembarangan.
Bahkan apabila kita renungkan secara sadar maka kita berkesimpulan bahwa seorang yang ibadahnya baik sudah pasti ia pun akan baik terhadap masyarakat. Sebab iman dan taqwa yang benar akan membuahkan penghambaan yang ikhlas kepada Allah ; dari penghambaan yang ikhlas akan terpancar akhlaq luhur serta perangan terpuji.
Jelasnya seorang yang selalu menjaga  iman dan taqwa hidupnya dicintai dan disayangi oleh masyarakat karena keindahan, keelokan serta kebaikannya; sifatnya halus, tutur katanya ramah, hatinya terbuka penuh dengan kasih sayang, perbuatannya banyak memberikan manfa’at bagi sesamanya.
Hal ini karena seorang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah tidaklah mengharapkan balas jasa ataupun upah, melainkan dari Allah semata-mata.
قُلْ لَآ أَسْئَلُكُمْ عَلَيْهِ اَجْرًا اِلاَّ اْلمَوَدَّةَفِى اْلقُرْبىؕ وَمَنْ يَقْتَرِفْ حَسَنَةً نَزِدْلَهُ فِيْهَا حَسَناًؕاِنَّ اللهَ غَفُوْرٌشَكُوْرٌ
Artinya: Katakanlah : “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan”. Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah maha pengampun bagi maha mensyukuri.
Ayat diatas merupakan penegasan bahwa seorang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah senantiasa berusaha menciptakan suatu iklim yang sehat dalam kehidupan masyarakatnya dengan landasan kasih sayang dalam persaudaraan.
Kiranya tidak berlebihan apabila kami berkeyakinan, manakala seluruh masyarakat telah dihiasi dengan jiwa persaudaraan yang penuh kasih sayang akan terwujudlah suatu keadaan masyarakat yang aman, damai dan bahagia, lahir maupun batin. Itu semua dapat diusahakan dengan terlebih dahulu memelihara iman serta meningkatkan ketaqwaan kepada Allah.

Daarul Ilmi 2015