Rabu, 17 Januari 2018

MASJID DAARUL 'ILMI PTIK ( Masjid PTIK )

Masjid Daarul 'Ilmi PTIK atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid PTIK adalah sebuah masjid yang terletak berada didalam komplek PTIK (Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian).

Alamat  : Jl. Tirtayasa Raya No. 6 Kebayoran Baru Jakarta Selatan

No Hp   :  081383872967 (Sutrisno)
                085882281935 (Asom)

E-mail   : daarul01@gmail.com

YUK SHOLAT MALAM


Pada tulisan sebelumnya telah dibahas mengenai fadillah sholat malam, berikut akan dijabarkan kembali mengenai keutamaan sholat malam. Pada kesempatan ini akan diuraikan mengenai 14 keutamaan sholat malam. Banyak hadits Rasulullah SAW yang menjelaskan fadillah dan keutamaan sholat malam diantaranya :

Pertama : Sholat malam adalah ibadah yang biasa dikerjakan orang-orang sholeh, ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah SWT, penghapus berbagai kesalahan dan pencegah dari perbuatan dosa, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
"Hendaklah kalian sholat malam, karena sholat malam adalah kebiasaan yang dikerjakan orang-orang sholeh sebelum kalian, ia adalah ibadah yang mendekatkan diri kepada Rabb kalian, penghapus berbagai kesalahan dan pencegah perbuatan dosa." (HR. Tirmidzi)

Kedua : Sholat malam merupakan sholatnya para abraar (orang-orang yang banyak berbuat kebaikan), Nabi SAW jika mendoakan salah seorang diantara sahabat beliau berkata :
"Semoga Allah menjadikan atas kamu sholatnya orang-orang yang banyak berbakti, mereka sholat di malam hari dan berpuasa di siang hari, mereka tidak mempunyai dosa dan tidak pula melakukan kejahatan." (HR. Abd al-Humaid dan abd-Dhiyaa' al Maqdisi dan disahihkan oleh Syeikh al-Albani r.a [silsilah al-Ahadits ash-Shahiihah no : 1810])

Ketiga : Sholat malam adalah sholat yang disaksikan (masyhudah). Rasulullah SAW bersabda :
"Sesungguhnya dekat-dekatnya Allah kepada seorang hamba adalah di tengah malam, maka jika kamu mampu tergolong orang-orang yang mengingat Allah pada saat itu, jadilah." (HR. Ibnu Khuzaimah dalam "shahihnya" no : 1085)
Dari Amr bin Abasah r.a. berkata :
Aku berkata : Wahai Rasulullah, (bagian) dari malam manakah yang paling didengar (oleh Allah)? beliau bersabda : "Pertengahan malam yang terakhir, maka sholatlah sesukamu, karena sholat tersebut disaksikan dan dicatat hingga kamu sholat subuh." (HR. Abu Dawud)
Hadits Ali bin Abi Thalib r.a., Rasulullah SAW bersabda :
"Sesungguhnya seorang hamba bila bersiwak, lalu berdiri mengerjakan sholat, maka berdirilah seorang malaikat dibelakangnya lalu mendengarkan bacaannya dengan seksama kemudian dia mendekatinya - atau beliau mengucapkan kalimat seperti itu - hingga malaikat itu meletakkan mulutnya di atas mulutmu, maka tidaklah keluar dari mulutnya bacaan Al-Qur'an itu melainkan langsung ke perut malaikay, oleh sebab itu bersihkanlah mulut-mulut kalian untuk membaca Al-Qur'an."

Keempat : Sholat malam salah satu amal yang menyebabkan pelakunya masuk surga berdasarkan sabda Nabi SAW :
"Wahai manusia! Sebarkanlah salam, berilah makan dan sholatlah di malam hari ketika manusia sedang tidur lelap, niscaya kamu masuk surga dengan penuh kedamaian." (HR. Ibnu Majah)

Kelima : Orang yang bangun dari tidurnya untuk mengerjakan sholat niscaya akan terlepas dari ikatan setan, dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda :
"Setan mengikat tiga ikatan pada bagian belakang kepala salah seorang di antara kamu ketika tidur, dia mengencangkan setiap ikatan itu (seraya berkata) malam yang panjang bagimu, maka tidurlah! jika ia bangun lalu mengingat Allah, terlepaslah satu ikatan, jika ia berwudhu maka terbukalah satu ikatan lagi, dan jika ia sholat terbukalah sata ikatan lagi, lalu ia menjadi semangat lagi veria dan jika tidak, jiwanya menjadi jelek lagi malas." (HR. Bukhari)

Keenam : Sholat malam sebagai sebab rahmat dan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya, berdasarkan hadits Rasulullah SAW :
"Allah merahmati seorang suami yang bangun dimalam hari lalu dia sholat dan membangunkan isterinya, jika sang istri enggan, ia percikkan air ke wajahnya dan Allah merahmati seorang istri yang bangun di malam hari lalu dia sholat dan membangunkan suaminya jika suaminya enggan, dia percikkan air pada wajahnya." (HR. Abu Dawud)
Hadits ini sebagai anjuran untuk membangunkan isteri/keluarga agar mengerjakan sholat malam.

Ketujuh : Orang yang mengerjakan sholat malam memperoleh cinta Allah, dari Abu Darda' r.a. berkata Nabi SAW bersabda :
"Tiga golongan yang Allah mencintai dan tertawa kepada mereka serta memberi mereka berita gembira; orang yang manakala ada sekelompok pasukan terbuka peluang perang, dia berperang di belakang barisan pasukan itu dengan dirinya karena Allah SWT, (dia diantara satu dari dua pilihan) terbunuh atau dimenengkan oleh Allah SWT dan dicukupinya, maka Dia berkata : "Lihatlah kepada hamba-Ku ini, bagaimana ia bersabar dengan dirinya karena Aku. Orang yang mempunyai isteri yang cantik dan kasur yang lembut lagi bagus, lalu dia bangun sholat di malam hari, maka Allah berkata : Dia meninggalkan syahwatnya dan mengingat Aku, sekiranya dia mau tentunya dia tidur dan orang yang mana bila dia berada dalam perjalanan bersama para musafir yang bergadang lalu tidur maka dia bangun sholat di akhir malam baik dalam kondisi tidak senang atau senang." (HR. Thabrani)

Delapan : Sholat malam memasukkan seorang hamba tergolong orang-orang yang banyak berdzikir mengingat Allah, berdasarkan hadits Abu Hurairah dan Abu Sa'id al-Khudri r.a., Rasulullah SAW bersabda :
"Apabila seorang suami membangunkan isterinya di malam hari lalu mereka sholat berjama'ah dua raka'at niscaya mereka dicatat tergolong orang-orang yang banyak mengingat (Allah)." (HR. Abu Dawud)
Sedangkan orang yang banyak berdzikir mengingat Allah, akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar di sisi-Nya. Allah SWT berfirman :
"Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar." (Al-Ahzaab : 35)

Sembilan : Orang-orang yang paling mulia di antara umat ini, mereka yang senantiasa mengerjakan sholat di malam hari, Abdullah bin Abbas r.a. meriwayatkan dari Rasulullah SAW beliau bersabda :
"Orang-orang yang paling mulia dari umatku adalah para pembawa Al-Qur'an dan orang-orang yang senantiasa sholat di malam hari." (HR. Ibnu Abid Dun-ya dan al-Baihaqi)
Dalam hadits Sahl bin Sa'ad dia berkata :
"Jibril pernah datang kepada Nabi SAW lalu berkata : "wahai Muhammad! hiduplah sesukamu, sesungguhnya engkau akan mati, berbuatlah sekenhendakmu sesungguhnya engkau akan dibalas dengannya dan cintailah siapa saja yang engkau sukai, sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya, ketahuilah bahwa kemuliaan seorang mu'min adalah (dengan) sholat malam dan kehormatan/keperkasaan manakala tidak tergantung kepada manusia." (HR. Thabrani)

Sepuluh : Sholat malam sholat yang paling afdhol setelah sholat lima waktu, berdasarkan hadits Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda :
"Puasa yang paling afshol setelah puasa ramadhan adalah di bulan Muharram dan sholat yang paling afdhol setelah sholat wajib adalah sholat malam." (HR. Muslim)
Dan Riwayat yang lain beliau bersabda :
"Sholat yang paling afdhol setelah sholat wajib adalah sholat di tengah malam." (HR. Muslim)

Sebelas : Orang-orang yang senantiasa sholat malam memiliki surga yang khusus untuk mereka. Dari Abdullah bin Umar dari Nabi SAW bersabda :
"Sesungguhnya di surga ada sebuah ruangan yang mana bagian luarnya dapat dilihat dari dalmnya dan bagian dalamnya dapat dilihat dari luarnya, Allah menyiapkannya untuk orang yang memberikan makan, melembutkan tutur kata, senantiasa mengikuti sholat dan sholat di malam hari ketika manusia sedang tidur lelap." (HR. Thabrani)
Pada redaksi yang lain berbunyi :
"Sesungguhnya di surga itu ada sebuah ruangan yang mana bagian luarnya dapat dilihat dari dalmnya dan bagian dalamnya dapat dilihat dari luarnya", maka Abu Malik al-Asy'ariy bertanya : "untuk siapakah ruangan itu, wahai Rasulullah? "beliau bersabda : "Untuk orang yang baik pembicaraannya, yang memberikan makan dan sholat di malam hari ketika manusia sedang tidur." (HR. Thabrani)

Dua Belas : Setiap malam ada dua saat, jika seorang hamba berdo'a pada saat tersebut niscaya do'anya terkabul, berdasarkan hadits jabir bin Abdullah r.a. beliau berkata aku mendengar Nabi SAW bersabda :
"Sesungguhnya pada malam hari ada dua saat, tidaklah seorang muslim memohon kepada Allah kebaikan dari urusan dunia dan akhirat bertepatan dengan saat tersebut, melainkan Dia memberikan permohonan dan hal tersebut pada setiap malam." (HR. Muslim)
Tiga Belas : Abdullah bin Mas'ud berkata :
"Sesungguhnya Allah tertawa kepada dua orang, seorang yang bangun meninggalkan kasur dan selimutnya di malam yang dingin, lalu ia berwudhu kemudian is sholat, maka Allah SWT berkata kepada para malaikat-Nya : "Apa yang mendorong hamba-Ku ini berbuat demikian? Mereka menuturkan : "(Karena) mengharapkan apa yang ada di sisi-Mu dan takut dari apa yang ada di sisi-Mu", maka Allah-pun berkata : "Sesungguhnya Aku telah memberikan apa yang diharapkannya dan mengamankannya dari apa yang ditakutinya." (HR. ath-Thabrani)

Empat Belas : Orang yang berniat akan bangun di malam hari untuk melaksanakan sholat malam, lalu tertidur maka dicatat baginya pahala sholat malam, dari Abu Darda r.a. berkata, Nabi SAW bersabda :
"Barang siapa mendatangi kasurnya dengan niat akan bangun untuk sholat di tengah malam, kemudian dia tertidur hingga pagi hari, niscaya dicatat baginya niatnya, dan tidurnya sebagai sedekah dari Rabb-nya." (HSR Nasaa'i, Ibn Majah, Ibn Khuzaimah)

Demikianlah 14 keutamaan dari sholat malam, mudah-mudahan kita akan dapat selalu menjaga sholat malam kita.


ESENSI PENGORBANAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM (Khutbah Idul Adha 1437 H/ 2017 M, di Masjid Daarul 'Ilmi PTIK)



Khutbah Idul Adha 1437H/2017M
Masjid Daarul ‘Ilmi STIK - PTIK

Esensi Pengorbanan dalam Perspektif Islam
Oleh :
Dr. Mohammad Syairozi Dimythi, M.Ed[1]

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الله أكبر الله أكبر الله أكبر، الله أكبر الله أكبر الله أكبر، الله أكبر الله أكبر الله أكبر، الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا، لا إله إلا الله ولا نعبد إلا إياه، مخلصين له الدين ولو كره الكافرون، لا إله إلا الله وحده، صدق وعده ونصر عبده وأعز جنده وهزم الأحزاب وحده، لا إله إلا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد.
الحمد لله الذي أكرمنا بشهر ذي الحجة، وندب لنا فيه الصيام والقيام وجميع العبادات والتضحية، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له أكرم الحجاج والعمار بأجزل الثواب وأكرم الضيافة، وأشهد أن سيدنا وعظيمنا وشفيعنا محمدا عبده ورسوله خير من حج واعتمر وقام بالتضحية، فوزع وتصدق وزيادة، اللهم فصل وسلم على نبي الرحمة وكاشف الغمة، وعلى آله وصحبه رافعي الراية من البداية إلى النهاية.
أما بعد: فيا أيها الإخوة الأحبة أوصيكم ونفسي بتقوى الله وطاعته فقد فاز المتقون.
فقد قال الله تعالى في محكم تنزيله وهو أصدق القائلين، أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم:
وأذن في الناس بالحج يأتوك رجالا وعلى كل ضامر يأتين من كل فج عميق، ليشهدوا منافع لهم.
وقال تعالى : والبدن جعلناها لكم من شعائر الله (الحج 36).
وقال صلى الله عليه وسلم: الحج المبرور ليس له جزاء إلا الجنة.

معاشر المسلمين رحمكم الله.

Bapak-bapak, ibu-ibu dan saudara-saudari, jamaah shalat Idul Adha Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian 1437 H, yang dimuliakan oleh Allah s.w.t.
Di pagi yang cerah ini, secerah hati setiap hamba yang menerima ampunan dan pahala berlipat ganda, tak ada untaian kata yang terindah, tak ada ungkapan hati yang lebih tulus dan tak ada tutur yang pantas terhatur, kecuali puji dan syukur kepada Allah s.w.t., atas segala ni'mat dan karuniaNya, atas segala taufik dan didayahNya dan atas segala kasih serta sayangNya yang telah diberikan kepada kita semua, yang telah patuh dan tunduk kepada semua perintah dan petunjukNya.
Salawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad s.a.w. beserta para keluarga dan sahabat beliau, dengan harapan kita semua akan mendapat syafaatnya di hari kemudian nanti. Amin.

Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia
Hari ini adalah hari raya, dengan takbir kita syiarkan hari raya kita, dengan takbir kita ukir kemerdekaan kita, dengan takbir kita mulai shalat kita, dengan takbir kita kumandangkan adzan dan iqomah kita, dengan takbir kita mulai peperangan kita, dan dengan takbir dibisikkan di telinga kita ketika kita lahir, kita mulai kehidupan kita.
Maka syiar agama kita adalah Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil hamd.

Jama'ah Rohimakulullah
Takbir bukanlah hanya sekedar selogan yang diucapkan. Takbir bukanlah sekedar yel yel yang dikumandangkan. Namun takbir artinya bahwa dunia dengan segala isinya di hadapan kita sangat kecil di bandingkan dengan kebesaran Allah s.w.t.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah s.w.t.
Ibadah Qurban adalah cermin dari haji yang mabrur
Pada hari ini, saudara-saudara kita di Makkah Al-Mukarramah sedang menjalankan ibadah haji. Mereka meninggalkan dan menanggalkan semua atribut keduniaan mereka, bersatu dalam keseragaman rupa dan tujuan, untuk mendapatkan ampunan dari Allah swt. dengan menggapai haji yang mabrur, yang diterima oleh Allah swt. yang pahalanya tak lain, kecuali sorga yang Rasulullah s.a.w. janjikan:
الحْجُ المَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَ الْجَنَة
"Haji yang Mabrur, tidak ada balasan baginya kecuali sorga".
Kata “mabrur” dalam hadits ini, memiliki keterkaitan dengan kata al-birru yang berarti “kebajikan” atau “perbuatan baik” yang dikerjakan atas dasar taqwa kepada Allah s.w.t. Kata al-birru ini sering sekali digunakan di dalam Al-Qur’an, yang salah satunya adalah di dalam firman Allah s.w.t.:
لَنۡ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰی تُنۡفِقُوۡا مِمَّا تُحِبُّوۡنَ ۬ؕ وَمَا تُنۡفِقُوۡا مِنۡ شَیۡءٍ فَاِنَّ اللهَ بِهِ عَلِیۡمٌ﴿۹۲
yang artinya:“Kamu tidak akan mendapat kebaikan sebelum kamu mendermakan sebagian harta yang kamu cintai, dan apa yang engkau nafkahkan dari sesuatu itu, maka sesungguhnya Allah s.w.t. maha mengetahuinya”. (QS. Ali Imran: 92).
Kata-kata al-birru dalam ayat di atas mengandung makna mendermakan atau menginfaqkan harta yang dicintai, kepada orang-orang yang membutuhkannya. Mengapa kita harus menyisihkan sebagian harta yang kita cintai itu? Karena di sinilah prinsip ajaran Islam mengajarkan, bahwa harta yang kita miliki itu adalah “ujian”, ujian apakah kita akan dikuasai dan diperbudak oleh harta, sehingga tidak mau mendermakan sebagian kecil dari harta tersebut, atau sebaliknya, kita sang pemilik justru yang mengendalikan harta itu, dan dengan mudah dapat mendermakan sebagian daripadanya, dan mensyukuri rizki itu, sehingga dapat mendatangkan manfaat yang maksimal, baik bagi diri kita, masyarakat kita, maupun agama kita.
Sesungguhnya melaksanakan ibadah shalat Idul Adha dan menyembelih hewan qurban, tidak lain adalah merupakan ungkapan rasa syukur dan terimakasih kita kepada Allah s.w.t. atas berbagai rizki dan nikmat yang telah diberikan kepada hambaNya yang beriman, yang diperintahkan oleh Allah s.w.t. dalam Surah al-Kautsar (108),
اِنَّاۤ اَعْطَیۡنٰکَ الْکَوْثَرَ ؕ﴿۱﴾ فَصَلِّ لِرَبِّکَ وَ انْحَرْ ؕ﴿۲﴾ اِنَّ شَانِئَکَ هُوَ الْاَبْتَرُ ﴿۳
yang artinya:
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu, dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah (orang) yang terputus (keturunannya)”.

Ma'asyirol Muslimin Rohimakumullah
Ibadah kurban adalah Pelajaran Berharga dari Nabi Ibrahim a.s.
Hari raya kurban atau biasa kita sebut Idul Adha yang kita peringati tiap tahun tak bisa terlepas dari kisah Nabi Ibrahim a.s. sebagaimana terekam dalam Surah ash-Shaffat ayat 102-111.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (١٠٢) فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ (١٠٣) وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ (١٠٤) قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (١٠٥) إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلاءُ الْمُبِينُ (١٠٦) وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ (١٠٧) وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الآخِرِينَ (١٠٨) سَلامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ (١٠٩) كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (١١٠) إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ (١١١).

Maka tatkala anak itu sampai (pada usia) sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku! sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu?” ia menjawab: “Hai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. 103. tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). 104. dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim! 105. Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. 106. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. 107. dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. 108. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang Kemudian, 109. (yaitu)”Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim”. 110. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. 111. Sesungguhnya ia Termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.
Begitulah kisah Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. yang dikisahkan di dalam Al-Qur'an yang mulia, yang penuh dengan ujian dan cobaan, yang menjadi sumber utama ibadah haji, ibadah kurban dan Idul Adha yang kita rayakan ini.
Dari kisah di atas, setidaknya ada tiga pesan yang bisa kita tarik secara umum, yaitu:
Pertama, tentang totalitas kepatuhan kepada Allah subhânau wata’âla.
Nabi Ibrahim yang mendapat julukan “khalilullah” (kekasih Allah) mendapat ujian berat pada saat rasa bahagianya meluap-luap dengan kehadiran sang buah hati di dalam rumah tangganya. Lewat perintah menyembelih Ismail, Allah s.w.t. seolah hendak mengingatkan Nabi Ibrahim bahwa anak hanyalah titipan. Anak betapapun besarnya cinta kita kepadanya, tak boleh melengahkan kita dari cinta dan taat kita kepada Allah s.w.t.
Nabi Ibrahim lulus dari ujian ini. Ia membuktikan bahwa dirinya sanggup mengalahkan egonya untuk tujuan membuktikan ketaatannya kepada Allah s.w.t. Dengan penuh ketulusan, Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah s.w.t. yang disampaikan di dalam mimpinya itu.
Sementara Nabi Ismail, meski usianya masih belia, beliau mampu membuktikan diri sebagai anak yang berbakti dan patuh kepada perintah tuhannya, Allah s.w.t. Maka atas dasar kesalehan dan kesabaran yang ia miliki, ia pun memenuhi panggilan Allah s.w.t. dengan menyerahkan dirinya kepada ayahnya untuk disembelih dengan penuh keikhlasan. Itulah sebuah teladan yang sangat agung dalam berserah diri secara totalitas kepada Allah s.w.t. tanpa sedikit keraguan di hati keduanya.
Penyerahan diri kepada Allah s.w.t. secara totalitas ini telah juga dicontohkan oleh para pendahulu kita di kala mereka merebut kemerdekaan negara kita dengan harta, jiwa dan raga, mereka berjuang dan mengorbankan semuanya demi kemerdekaan negeri ini, agar menjadi negeri yang aman dan makmur, yang diridhoi oleh Allah s.w.t.
بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُوْرٌ
Negeri yang rimbun, dalam ridho (Allah) Tuhan yang maha pengampun.

Jamaah shalat Idul Adha yang berbahagia!
Kedua yang bisa kita ambil adalah tentang hakikat pengorbanan. Sedekah daging hewan kurban hanyalah simbol dari makna korban yang artinya sangat luas, meliputi pengorbanan dalam wujud harta benda, tenaga, pikiran, waktu, bahkan nyawa sekalipun.
Pengorbanan merupakan manifestasi dari kesadaran kita sebagai makhluk sosial yang mempunyai rasa dan karsa. Bayangkan, apa yang akan terjadi, bila masing-masing manusia hanya memenuhi ego dan kebutuhan diri sendiri saja, tanpa peduli dengan kebutuhan orang lain, alangkah kacaunya kehidupan ini. Orang mesti mengorbankan sedikit waktunya, misalnya, untuk mengantri dalam sebuah loket penjualan tiket, orang harus bersedia menghentikan sejenak kendaraannya saat lampu merah lalu lintas menyala, dan lebih dari itu, setiap orang harus mengurangi kebebasannya demi menaati hukum dan aturan yang dibuat untuk kemaslahatan bersama. Sebab, keserakahan hanya layak dimiliki oleh para binatang. Di sinilah perlunya kita “menyembelih” ego kebinatangan kita, untuk menggapai kedekatan (qurb) kepada Allah, karena esensi kurban adalah solidaritas sesama dan ketulusan murni untuk mengharap keridhaan Allah s.w.t. semata dan itulah bukti dari ketakwaan kita kepada Allah s.w.t. seperti yang difirmankan di dalam Al-Qur'an:
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. (Al-Hajj: 37)
Penyerahan  diri secara totalitas kepada Allah s.w.t. dengan jiwa dan raga, seperti yang dicontohkan oleh aparat kepolisian kita seharusnya menjadi teladan di dalam kehidupan kita, terutama dalam menegakkan keadilan dan menegakkan hukum di bumi pertiwi ini. Mereka yang gugur dalam tugas, itu adalah bentuk dari penyerahan diri secara totalitas kepada Allah s.w.t. sehingga tegaklah keamanan dalam kehidupan ini. Oleh karena itu, balasan bagi mereka adalah kehidupan yang abadi yang penuh dengan kenikmatan dan kesenangan di alam barzakh dan di akhirat nanti. Allah s.w.t. berfirman:
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا في سَبِيْلِ اللهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهمْ يُرْزَقُوْن (169) فَرِحِيِنَ بِما آتاَهُمُ اللهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُوْنَ بِالَّذِيْنَ لَمْ يَلْحَقُوْا بِهِم مِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْن (170).
Janganlah kalian menyangka mereka yang gugur di jalan Allah s.w.t. itu mati, akan tetapi mereka itu hidup di sisi Allah s.w.t. dan diberi rizki (169) Mereka bergembira dengan apa yang Allah s.w.t. berikan dari karunia-Nya, dan mereka memberi kabar gembira kepada mereka yang belum menyusul mereka agar mereka tidak takut (mati) dan tidak bersedih (meninggalkan dunia ini).
  
Ikhwati fillah!
Ketiga, kebahagiaan adalah hasil perjuangan dan pengorbanan di jalan Allah.
Hikmah yang dapat kita ambil dari ibadah kurban ini adalah bahwa kebahagiaan adalah hasil perjuangan dan pengorbanan di jalan Allah s.w.t. Pengorbanan Nabi Ibrahim a.s. sebenarnya bukan hanya pada peristiwa beliau bersama putranya Nabi Ismail a.s. saja. Pengorbanan tersebut sudah dilakukan Nabi Ibrahim sejak beliau masih belia, ketika beliau mempertahankan akidah di hadapan Raja Namrud, sehingga beliau disiksa dengan dilempar ke dalam kobaran api yang maha dahsyat.
Meski beliau dalam kobaran api yang sangat dahsyat selama empat puluh hari empat puluh malam, tapi Nabi Ibrahim a.s. merasakan itulah kebahagiaan sejati. Tak ada kebahagiaan sepanjang hidupnya yang melebihi kebahagiaan saat-saat berada dalam kobaran api. Al-Qur'an melukiskan betapa firman Allah s.w.t. kepada api kala itu, dirasakan oleh Nabi Ibrahim dalam kedamaian, yaitu:
يَا نَارُ كُوْنِي بَرْدًا وَسَلاَمًا عَلَى إِبْرَاهِيْم
Wahai api, jadilah kamu dalam keadaan sejuk dan sejahtera bagi Ibrahim.
Itulah api perjuangan, itulah api pengorbanan, dan itulah kebahagiaan.
Maka, siapapun yang menginginkan kebahagiaan hendaknya sadar untuk terus berjuang dan mau berkorban di jalan yang benar. Takkan ada kebahagiaan tanpa perjuangan dan pengorbanan. Karena sejatinya kebahagiaan  bahkan terletak di dalam perjuangan dan pengorbanan itu.
Jadi kesimpulannya bahwa:
1.      Syiar agama kita adalah takbir dan syiar hari raya Idul Adha kita adalah takbir. Mari kita isi waktu-waktu kita sampai akhir hari tasyrik, yaitu hari ke-13 bulan zulhijjah ini dengan takbir , tahmid dan takbir dan amal ibadah yang penuh dengan ketakwaan kepada Allah s.w.t.
2.      Ibadah kurban dan shalat Idul Adha ini adalah ungkapan rasa syukur kita kepada Allah s.w.t. atas berbagai nikmat yang diberikan kepada kita.
3.      Hikmah dari ibadah peristiwa kurban yang diberikan teladan oleh Nabi Ibrahim a.s. adalah sebagai bentuk dari penyerahan diri secara totalitas kepada Allah s.w.t.
4.      Pengorbanan yang harus kita teladani itu adalah pengorbanan dalam arti yang luas, berkorban harta, jiwa dan raga demi agama, bangsa dan tanah air kita.
5.      Kebahagiaan berada di dalam pengorbanan, bahkan pengorbanan itu sendiri itulah kebagiaan.
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
اِنَّاۤ اَعْطَیۡنٰکَ الْکَوْثَرَ ؕ﴿۱﴾ فَصَلِّ لِرَبِّکَ وَ انْحَرْ ؕ﴿۲﴾ اِنَّ شَانِئَکَ هُوَ الْاَبْتَرُ ﴿۳
yang artinya:
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu, dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah (orang) yang terputus (keturunannya)”.
بارك الله في القرآن العظيم ونفعنا وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم أقول قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم والمؤمنين والمؤمنات إنه هو الغفور الرحيم.



Khutbah kedua
الله أكبر الله أكبر الله أكبر، الله أكبر الله أكبر الله أكبر، الله أكبر ، الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا، لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير.
الحمد لله حمدا طيبا مباركا فيه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله ، الرحمة المهداه والنعمة المسداة والسراج المنير. اللهم فصل وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين. أما بعد:
Para hadirin jama'ah Idul Adha yang mulia.
Akhirnya, marilah kita mengangkat belah kedua tangan kita, kita memohon kepada Allah s.w.t. semoga Allah mengabulkan semua permohonan kita:
Ya Allah ya tuhan kami, berikanlah kekuatan kepada kami agar kami mampu menjalankan semua perintah-perintah-Mu, dan menjauhkan larangan-larangan-Mu. Perlihatkanlah kepada kami yang benar itu benar, agar kami dapat mengikutinya, dan perlihatkanlah kepada kami yang salah itu salah, sehingga kami dapat menjauhinya.
Ya Allah yang maha penyayang dan maha pengampun, ampunilah dosa-dosa kami dan dosa ibu bapak kami, serta saudara-saudara kami. Bagi mereka yang sudah wafat, berikanlah kedamaian di dalam kubur mereka, sedangkan bagi mereka yang masih ada, berikanlah panjang umur dan kesehatan kepada mereka dalam ta'at kepada-Mu.
Ya Allah yang maha adil dan maha bijaksana, tegakkanlah keadilan di negeri kami, berikanlah kekuatan kepada kami dan para pemimpin kami untuk menjalankan dan menegakkan hukum dengan seadil-adilnya sehingga kami dapat hidup dalam kedamaian dan ketenteraman.
Ya Allah yang maha memberi petunjuk, berilah kesabaran kepada para pemimpin kami, agar mereka dapat meneruskan kepemimpinan mereka dengan penuh tanggung jawab dalam menyejahterakan bangsa kami.
Ya Allah ya tuhan kami terimalah permohonan dan do'a kami.
اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات، والمؤمنين والمؤمنات، الأحياء منهم والأموات.
اللهم دبرنا فإنا لا نحسن التدبير، والطف بنا يا مولانا فيما جرت به المقادير، إنك على ما تشاء قدير، وبالإجابة جدير، إنك يا مولانا نعم المولى ونعم النصير.
ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار.
وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين، والحمد لله رب العالمين.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
                                              

                                                Jakarta, 10 Zulhijjah 1437H-1 September 2017
                                                      Dr. M. Syairozi Dimyathi, M.Ed.


[1] Dosen Fakultas Dirasat Islamiyah, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Daarul Ilmi 2015